SEMANGATMU KARTINI



habis gelap terbitlah terang 
hal itulah yang ada di benakmu
dimana tidak ada pembatas
antara kita dan mereka
ingin kau hapuskan pembatas itu
ingin kau tunjukan pada mereka
bahwa tiada yang beda antara
kau kami dan mereka
kau korbankan jiwa ragamu
hidup matimu hanya untuk itu
kau percaya semangat
bahwa kami bisa yang mereka lakukan
usaha semangatmu tak pernah padam
walau banyak caci maki menghadang
kau ingin hapuskan dinding perbedaan
untuk selama-lamanya
hingga pada akhirnya kami pun
memetik hasil jerih payahmu
kartini kau tunjukan kau bisa
Kartini kau inspirasi kami
kartini kau inspirasi wanita negri ini
kartini kau ibu bagi kami
terima kasih atas jasa-jasamu
jasa-jasa yang telah menuntun kami
menjadi orang yang pantang menyerah
menjadi orang yang tak putus asa
terima kasih kartini
doa kami selalu bersamamu

-Selamat Hari Kartini- 






TAHUKAH KAMU SIAPA R.A. KARTINI ?

       
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.  Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI . Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapait. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.
        Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedan di mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
       Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
       Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa  Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.R.A. 
       Kartini adalah salah seorang dari sekian banyak pahlawan nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kartini merupahkan tokoh pejuang wanita dalam memperjuangkan hak - hak kaum perempuan di Indonesia, kartini diperingati pada setiap tanggal 21 April.

Komentar