Adab Murid yang Memprihatinkan



Publish by Wilda Sahliyah (2016060002)



Mengapa Adab Murid terhadap Guru semakin Luntur?


            Akhir-akhir ini semakin marak fenomena murid yang berani menantang guru di sekolah. Padahal, salah satu dan syarat yang paling penting bagi seorang siswa atau murid adalah menghormati dan menaati gurunya. Akan tetapi yang sekarang terjadi adalah sebaliknya, murid telah berani berbuat sesuatu yang di luar batas kewajaran terhadap gurunya. Salah satu kasus yang sempat menyita perhatian publik adalah kasus di Gresik. Yaitu, siswa mem-bully seorang guru dengan menantang bahkan mencengkeweng gurunya ketika kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung di kelas. Peristiwa itu juga diperparah dengan si anak tersebut bersama teman-temannya malah sedang enak-enakan merokok di dalam kelas.
            Jauh sebelum peristiwa di Gresik tersebut terjadi. Di Pulau Madura juga terjadi kasus yang lebih parah, yaitu murid yang menganiaya gurunya hingga berujung pada kematian sang guru. Tetapi apa solusi atau penyelesaiannya? Paling-paling hanya si murid diminta untuk membuat surat permohonan maaf secara terbuka dan disampaikan ke khalayak masyarakat. Kemudian dengan besar hati sang guru memberikan maaf terhadap si anak, dan selesai sampai di situ saja. Tidak ada tindak lanjut yang dapat dijadikan efek jera bagi anak tersebut atau semacam warning bagi anak-anak lain di seluruh penjuru negeri ini.
Kasus seperti ini tentu menjadi sebuah tamparan keras bagi dunia pendidikan tanah air. Lain halnya apabila yang terjadi adalah kasus guru memukul murid, guru memarahi murid, guru mencubit murid dan lain sebagainya, tentu semua itu akan lebih menjadi sorotan publik dan menjadi problematika yang serius serta menjadi perhatian di negara ini. Namun persoalan murid melawan guru atau murid mencelakai guru, kasus seperti ini jarang sekali mencuat, atau bahkan jika mencuat sekalipun hanya akan dianggap sebagai problem internal sekolah. Terkecuali sudah ada korban jiwa, misalkan dosen dibunuh mahasiswa atau guru dibacok muridnya.
Jika dikaitkan dengan hal-hal di atas, tampaknya masalah yang sangat serius adalah tentang moral anak terhadap orang tua, dalam hal ini adalah guru. Dalam bahasa yang lebih ringan,dapat dikatakan bahwa adab seorang murid mulai luntur kepada gurunya. Padahal dari tahun ke tahun kurikulum pembelajran di sekolah senantiasa berkembang dan semakin menekankan pendidikan karakter kepada siswa atau murid.
Banyak faktor yang mendasari terjadinya hal-hal yang mencoreng dunia pendidikan kita itu. Setidaknya ada lima hal yang mendasari hal tersebut. Pertama, sikap guru. Sikap guru yang tidak memberikan kenyamanan bagi muridnya akan berpotensi menjadikan murid bringas dan berani melawan gurunya, ada beberapa sikap, seperti : Tidak adil terhadap murid, sikap yang tidak konsisten, sikap yang keras (ucapan dan tindakan), ketiga sikap ini sangat menjamin timbulnya emosi dan tumbuhnya rasa untuk melawan dari murid terutama bagi pelajar SMP dan SMA.
Kedua, manajemen yang amburadul. Sekolah yang tidak memiliki manajemen yang jelas atau sudah punya panduan yang jelas namun guru tidak mengindahkan, ini juga berpotensi lahirnya perlawanan dari pelajar yang merasa tidak nyaman. jika aturan tidak berjalan tidak konsisten sempurna maka dampak yang akan ditimbulkan tindakan semena-mena dari pelajar.
Ketiga, faktor keluarga. Mengapa Murid Berani Melawan Guru? Sebab lainnya adalah faktor lingkungan keluarga murid, murid yang sudah terbiasa memberontak dan melakukan perlawanan kepada orang tuanya tentu di sekolah dia akan bersikap demikian, selain itu ada juga kasus yang kerap terjadi para orang tua bersikeras membela anaknya jika terjadi problem di sekolah, meskipun itu jelas salah anaknya namun orang tua tetap bersikeras menyalahkan pihak sekolah, dengan ini sang anak akan menjadi-jadi dan semakin berani melawan gurunya.
Dan yang keempat atau yang terakhir adalah sekolah bermental rendah. Ada ratusan sekolah yang memiliki mental rendah dalam peraturannya, biasanya ini terjadi di sekolah-sekolah swasta, takut kehilangan murid, khawatir projek sekolah jatuh akibat krisis pelajar, maka semua sistem mengutamakan (all for consumer). Semua untuk konsumen, biasanya sekolah seperti ini akan menghadapi krisis mental, peraturan yang kerap berubah dan pola pendidikan tidak berjalan lancar, murid melawan guru, murid melanggar peraturan itu sudah menjadi makanan sehari-hari, ingin menerapkan hukuman tidak mungkin karena manajemen dan sistem sudah diatur oleh konsumen. Lebih dari itu, kesenjangan yang berkepanjangan antara skolah negeri dengan sekolah swasta juga semakin memperburuk keadaan tersebut.
Oleh karena itu, sekolah seperti ini dinamakan sekolah rendah, terlihat di luarnya baik-baik saja, namun ketika kita berada di dalamnya semua di luar akal sehat. Sekolah yang notabenenya agama pun tidak terkecuali. Jam salat, muridnya tidak peduli dan asyik bermain, jam kelas para murid masih berani nyantai dan nongkrong. Di sana gurunya tidak berani berbuat banyak. Biasanya hal buruk ini ditutupi dengan alasan pendidikan karakter, pendidikan yang tidak diharuskan dengan kekerasan. Ternyata sekolah itu sudah berusia puluhan tahun namun tetap begitu saja keadaanya. 

Komentar